Saya adalah orang pemburu film-film non-Hollywood dan non-western. Saya suka dengan film dari benua tercinta ini, Asia. Lebih tepatnya yang bukan dibikin oleh sutardara Asia yang sudah mainstream di Hollywood, kayak Ang Lee atau Wong Kar Wai. Eits! Hapus dulu pikiran kalau film-film Asia pasti film yang cecintaan cengeng dengan jalan cerita yang mudah ketebak. Kalau formula itu sih bisa kita lihat tiap hari di tv lokal. Film Asia itu lebih deep, jalan cerita yang nggak ketebak, dan jarang nampilin adegan seks vulgar seperti film-filmnya Hollywood.
Berikut saya kasih review film Asia yang mungkin bisa merubah mindset kalau film Asia itu cengeng.
Berikut saya kasih review film Asia yang mungkin bisa merubah mindset kalau film Asia itu cengeng.
SU-KI-DA
Bisa ditebak kalau film ini berkisah tentang cinta, dari judulnya aja (su-ki-da) berarti i love you. Tapi jangan langsung ngeremehin film yang disutradarai dan ditulis oleh Hiroshi Ishikawa ini. Meski tentang cinta dan berbau sentimentil tetapi film ini punya alur yang nggak ketebak. Inti ceritanya klasik, tentang seorang perempuan (Yu) yang menyukai seorang laki-laki (Yosuke) tetapi nggak tahu bagaimana mengungkapkannya. Film ini beralur lambat dan memiliki banyak adegan tanpa dialog. Hiroshi Ishikawa tampaknya ingin menampilkan unsur panorama di sini.
Film dibuka dengan layar hitam dan tiba-tiba sebuah suara muncul, "Hey, Yosuke ... do you remember? I remember..." Suara itu adalah suara Yu (Aoi Miyazaki) kepada Yosuke (Eita). Cerita pun mengalir mengenai kehidupan Yu dan Yosuke. Yu menyukai Yosuke sejak lama tetapi Yosuke justru menyukai kakak Yu. Suatu hari Yu nekat mencium Yosuke dan tiba-tiba Yosuke pergi begitu saja dari kehidupan Yu.
Tujuh belas tahun kemudian Yu (Hiromi Nagasaku) bertemu lagi dengan Yosuke (Hidetoshi Nishijima) dan Yu masih mencari sisa-sisa perasaannya dari tujuh belas tahun lalu itu.
Quotes:
Yu: [after Yosuke wakes up in the hospital] I love you
Yosuke: Sorry, things are still a little blurry. I didn't catch that.
Yu: I love you.
Yosuke: Me too. I love you too
Dua kata yang mungkin timbul: astagaaa......... atau akhirnyaaa.......
Tapi keseluruhan, satu kata untuk menggambarkan film ini: beautiful.
Watch the trailer here.
TURTLES CAN FLY
Film ini sangat lirikal dengan penyajian gambar yang indah sekaligus ironis. Misalnya saat Satelite dan sekumpulan anak-anak lainnya dengan santai dan mudahnya membeli senjata di pasar. Adegan Agrin yang berkali-kali mencoba terjun dari tebing dan membakar hidup-hidup dirinya. Juga saat Agrin terang-terangan menunjukkan kekesalan dan kebenciannya pada bocah buta yang selalu mengikutinya kemanapun ia pergi.
Di ending kita semua bakal mengharu biru saat ramalan adik laki-laki Agrin yang cacat benar-benar terwujud.
Masterpiece dengan nilai human interest yang tinggi.
Watch the trailer here.
Akan lebih kocak kalau sebelum menonton ini, kamu nonton film Death Note (Shusuke Kaneko) versi non-anime. Karena di sini kamu bakal melihat akting Ken'ichi Matsuyama (yang berperan sebagai L di Death Note) yang jauh berbeda. Film ini diangkat dari manga yang berjudul sama, yang ditulis oleh Kiminori Wakasugi. Sedangkan versi film-nya disutradarai oleh Toshio Lee.
Soichi Negishi (Ken'ichi Matsuyama) adalah laki-laki yang pemalu, kikuk dan ngefans berat sama aliran musik swedish pop dan ingin sekali menjadi bintang pop. Dengan obsesinya itu pula ia merantau ke Tokyo dengan bermodalkan mimpi menjadi bintang pop yang trendi. Sayangnya nasib nggak berkata begitu, dia justru berakhir sebagai lead di band beraliran metal bernama Detroit Metal City, lengkap dengan dandanan dan kostum "demon emperor" bernama Johannes Krauser II. Meski ini berlawanan keras dengan karakter aslinya dan ia benci dengan pekerjaannya itu, Soichi tetap berusaha untuk band in. Dan ia memang berbakat, sayangnya ia nggak sadar dan tetap berusaha menjadi bintang pop yang stylist.
Kekocakkan film ini ada pada karakter sentral Soichi yang memainkan dua peran, sebagai laki-laki bergaya pop yang pemalu dan kikuk dan juga sebagai lead band metal yang garang.
Aktor Ken'ichi Matsuyama berhasil meraih best Actor untuk film ini diajang Popularity Award. Ia juga dinominasikan sebagai best actor di Asian Film Award.
Watch the trailer here.
Yah, sekian review film Asia dari saya yang mungkin bisa merubah mindset kamu tentang film Asia. Silahkan cari dvd-nya karena semua film ini nggak ditayangin di Indonesia, kecuali Tutrtles Can Fly yang pernah ditayangin di Metro Tv. (HT)
sumber gambar:
www.dlaznmovies.com
http://sipipiapel.blogsome.com
http://www.nusanime.com
sumber:
http://www.imdb.com
http://justvey.blogspot.com
Film dibuka dengan layar hitam dan tiba-tiba sebuah suara muncul, "Hey, Yosuke ... do you remember? I remember..." Suara itu adalah suara Yu (Aoi Miyazaki) kepada Yosuke (Eita). Cerita pun mengalir mengenai kehidupan Yu dan Yosuke. Yu menyukai Yosuke sejak lama tetapi Yosuke justru menyukai kakak Yu. Suatu hari Yu nekat mencium Yosuke dan tiba-tiba Yosuke pergi begitu saja dari kehidupan Yu.
Tujuh belas tahun kemudian Yu (Hiromi Nagasaku) bertemu lagi dengan Yosuke (Hidetoshi Nishijima) dan Yu masih mencari sisa-sisa perasaannya dari tujuh belas tahun lalu itu.
Quotes:
Yu: [after Yosuke wakes up in the hospital] I love you
Yosuke: Sorry, things are still a little blurry. I didn't catch that.
Yu: I love you.
Yosuke: Me too. I love you too
Dua kata yang mungkin timbul: astagaaa......... atau akhirnyaaa.......
Tapi keseluruhan, satu kata untuk menggambarkan film ini: beautiful.
Watch the trailer here.
TURTLES CAN FLY
Film yang disutradarai oleh Bahman Ghobadi ini adalah film yang mewakili Iran di Academy Awards tahun 2004 dalam kategori Foreign Language. Mengisahkan tentang kehidupan anak-anak Iran di tengah perang, tepatnya di masa rezim Saddam Hussein.
Adegan dibuka dengan gambar seorang gadis kecil Kurdistan yang menggendong bocah laki-laki buta, menyusuri jalan menuju tenda pengungsian. Ia mengenakan gaun merah lusuh dengan kain seadanya yang menutup kepala. Gadis cilik itu bernama Agrin (Avaz Latif).
Cerita pun mengalir dengan alur maju-mundur. Mengapa Agrin ingin membunuh bocah laki-laki itu, mengapa ia ingin bunuh diri, adik laki-lakinya yang cacat dan bisa melihat masa depan juga hubungannya dengan Soran alias Satelite (Soran Ebrahim), laki-laki berumur 13 tahun yang menjadi 'bos' sekumpulan anak-anak yatim piatu di pengungsian.
Adegan dibuka dengan gambar seorang gadis kecil Kurdistan yang menggendong bocah laki-laki buta, menyusuri jalan menuju tenda pengungsian. Ia mengenakan gaun merah lusuh dengan kain seadanya yang menutup kepala. Gadis cilik itu bernama Agrin (Avaz Latif).
Cerita pun mengalir dengan alur maju-mundur. Mengapa Agrin ingin membunuh bocah laki-laki itu, mengapa ia ingin bunuh diri, adik laki-lakinya yang cacat dan bisa melihat masa depan juga hubungannya dengan Soran alias Satelite (Soran Ebrahim), laki-laki berumur 13 tahun yang menjadi 'bos' sekumpulan anak-anak yatim piatu di pengungsian.
Di ending kita semua bakal mengharu biru saat ramalan adik laki-laki Agrin yang cacat benar-benar terwujud.
Masterpiece dengan nilai human interest yang tinggi.
Watch the trailer here.
Akan lebih kocak kalau sebelum menonton ini, kamu nonton film Death Note (Shusuke Kaneko) versi non-anime. Karena di sini kamu bakal melihat akting Ken'ichi Matsuyama (yang berperan sebagai L di Death Note) yang jauh berbeda. Film ini diangkat dari manga yang berjudul sama, yang ditulis oleh Kiminori Wakasugi. Sedangkan versi film-nya disutradarai oleh Toshio Lee.
Soichi Negishi (Ken'ichi Matsuyama) adalah laki-laki yang pemalu, kikuk dan ngefans berat sama aliran musik swedish pop dan ingin sekali menjadi bintang pop. Dengan obsesinya itu pula ia merantau ke Tokyo dengan bermodalkan mimpi menjadi bintang pop yang trendi. Sayangnya nasib nggak berkata begitu, dia justru berakhir sebagai lead di band beraliran metal bernama Detroit Metal City, lengkap dengan dandanan dan kostum "demon emperor" bernama Johannes Krauser II. Meski ini berlawanan keras dengan karakter aslinya dan ia benci dengan pekerjaannya itu, Soichi tetap berusaha untuk band in. Dan ia memang berbakat, sayangnya ia nggak sadar dan tetap berusaha menjadi bintang pop yang stylist.
Kekocakkan film ini ada pada karakter sentral Soichi yang memainkan dua peran, sebagai laki-laki bergaya pop yang pemalu dan kikuk dan juga sebagai lead band metal yang garang.
Aktor Ken'ichi Matsuyama berhasil meraih best Actor untuk film ini diajang Popularity Award. Ia juga dinominasikan sebagai best actor di Asian Film Award.
Watch the trailer here.
Yah, sekian review film Asia dari saya yang mungkin bisa merubah mindset kamu tentang film Asia. Silahkan cari dvd-nya karena semua film ini nggak ditayangin di Indonesia, kecuali Tutrtles Can Fly yang pernah ditayangin di Metro Tv. (HT)
sumber gambar:
www.dlaznmovies.com
http://sipipiapel.blogsome.com
http://www.nusanime.com
sumber:
http://www.imdb.com
http://justvey.blogspot.com
Apa coba yang bikin film2 asiaa gak sebooming film holiwood?? tapi masalah dagang mah orang2 di holiwud sono kalahh doank sama orang2 asia. eh eh..keluar konteks ya. hehe..
BalasHapusMungkin blm bisa diterima dengan baik aja di indonesia kali..sebennernya mah sama2 bagus..
wii.
BalasHapuspingin nonton.
gue pribadi suka sama filmfilm prancis.
lebih artistik sech.
hehehe.
kalian WAJIB nonton Tutles Can Fly. film-film buatan Iran suka keren2 banget. apalagi yg menyangkut isu perang dan perempuan. mereka jadi jauh lebih kreatif karena lembaga sensor di sana kan ketat banget.
BalasHapusKalau lagi bosan nonton film hollywood saya suka nyari film korea atau jepang yang romantis. Biasanya alurnya mantap-mantap.
BalasHapus