Sabtu, 13 Juni 2009

Kenalkan: Scene Indie Made In Jawa Tengah

Kalau selama ini kamu sangka scene indie, khususnya film indie, adanya di Jakarta atau Bandung aja, kamu salah besar. Mari berkenalan dengan JKFB alias Forum Kerja Film Banyumas. JKFB adalah asosiasi komunitas film di eks-karisidenan Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia. Dengan visinya yang ingin menjadi fasilitator dan mediator dalam mengembangkan serta memajukan kegiatan perfilman di eks-karisidenan Banyumas melalui program kegiatannya, kini JKFB sudah memiliki empat anggota yaitu Cinema Lovers Community (Purbalingga), Komunitas Sangkanparan (Cilacap), Komunitas Seni Banjarnegara, dan Komuniats Seni Purwokerto.
Sari Handayani, yang berasal dari Purwokerto sekaligus Bendahara JKFB, menceritakan sedikit tentang kehidupan perfilman indie di Purwokerto. “Secara teknis produksi, teman-teman di Purwokerto sedang mengejar ketertinggalannya dengan teman-teman di kota 'besar’, tetapi secara kualitas cerita tidak kalah dengan cerita-cerita di kota besar dan dengan adanya perguruan tinggi negeri di Purwokerto, karya teman-teman di Purwokerto cukup beragam, dari tema urban sampai lokalitas nya,” tuturnya.
Sari Handayani, atau akrabnya dipanggil Sari ini, juga menuturkan kalau di Purwokerto, istilah indie sudah mulai ditinggalkan tanpa meninggalkan semangat independent-nya. Di Purwokerto, mereka meyebutnya dengan film pendek. Sejarah film pendek di Purwokerto sendiri sudah tercatat sejak tahun 1999.
Sari sendiri sudah beberapa kali menyutradarai film-film pendek, di antaranya Rainholic, Blinddate, Black and White, Dompet dan Apepe. Di tahun 2004, Rainholic memenangkan kompetisi fim pendek yang diadakan oleh Youth Power di kategori Juara Favorit. Rainholic ini adalah film yang berdurasi 1 menit tanpa dialog. Mengkisahkan tentang persahabatan dua orang laki-laki dari kecil hingga dewasa yang terikat dengan hujan. “Aku tidak menspesifikasikan laki-laki tersebut ke dalam sebuah nama. Film ini bercerita dengan gambar dibantu dengan alunan lagu,” jawabnya ketika ditanya mengenai karakter tokoh di film Rainholic.
Perempuan yang menyukai sutradara Quentin Tarantino dan Wong Kar Wai ini mengatakan kalau film-film pendek di sana konsisten, dalam artian terus meningkatkan skill-nya dan mengembangkan kegiatan perfilman di Banyumas. “Komunitas film, baik yang produksi atau non-produksi, banyak tumbuh tetapi juga banyak yang berakhir dengan ketidakjelasan, tetapi masih banyak juga teman-teman di Purwokerto juga di luar Purwokerto yang peduli dan terus membantu dinamika berkomunitas di Purwokerto hingga saat ini,” tutur Sari yang masih menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Jenderal Soedirman dan aktif di Komunitas Garis Depan dan JKFB.

Untuk mengenal lebih lengkap mengenai JKFB, silahkan kunjungi mereka di http://jkfb.wordpress.com/tentang-jkfb (HT)

Sumber:
http://jkfb.wordpress.com/tentang-jkfb
wawancara dengan Sari Handayani (terima kasih atas waktunya :))






9 komentar:

  1. canggih juga ternyata disono.. inpormatifdeh ih ente..:)

    BalasHapus
  2. jauh bener link kamu.. tapi bagus ni liputannya..lanjutkan yaa.. butuh tau yang gini2 nih..

    BalasHapus
  3. coba search: fajar nugroho
    org jogja, director film quuen bee yg skrg lagi tayang di 21
    background diadr indie loh

    BalasHapus
  4. eh comment yg diatas dr si gw bol.
    rezabaonkteaatuh
    hehehe

    BalasHapus
  5. semoga scene indie di kampus dago pojok maju

    BalasHapus
  6. makasih yaaa jaaa..:)
    iya..semoga aja bisa kaya gitu di dajokss..:)

    BalasHapus
  7. klo mau berita buat postingan selanjutnyafilm gw aja
    "MELAWAN ARUS"
    sekarang lagi tahap editing.
    hehehe

    sirezatampannubaonktea

    BalasHapus
  8. wah, jadi nambah pengetahuan nih.. canggih juga kawan-kawan di banyumas ya... usul: gimana supaya 'wilayah text' diperlebar spy lebih enak bacanya?

    BalasHapus
  9. ayooo anak2 badung juga harus terus berkarya..
    jangan kalah ma yang lainn..
    terutama JURNALISTIK fikom BANDUNG..

    BalasHapus